Perang Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Pengibaran Bendera Merah Putih 1945
Pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati. Pengibar bendera Merah Putih pertama adalah Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Soerastri Karma (SK) Trimurti.
Wali Kota Soewirjo dan dr. Muwardi kemudian memberikan sambutan.
Naskah Proklamasi Klad
Naskah asli proklamasi. Sumber: Kemendikbud
Teks naskah “Proklamasi Klad” adalah teks Proklamasi yang berupa tulisan tangan Ir. Soekarno sebagai pencatat dan teks Proklamasi merupakan karangan dua tokoh, yaitu Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.
Naskah “Proklamasi Klad” ini tidak dibawa oleh Soekarno dan ditinggal begitu saja di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda bahkan naskah Proklamasi Klad hampir saja terbuang ke tempat sampah. Namun, tidak jadi terbuang ke tempat sampah karena diselamatkan oleh Diah dan ia menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari, hingga akhirnya diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha pada 29 Mei 1992.
Arti Penting Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia
Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan suatu hal yang berarti sehingga memberikan arti penting bagi bangsa Indonesia. Berikut beberapa arti penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bagi bangsa Indonesia.
Perjuangan para pemuda pada saat itu sangatlah penting karena jika mereka tidak bersikeras untuk memindahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maka kemungkinan besar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah mengetahui sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia walaupun hanya secara singkat kita jadi tahu bagaimana perjuangan yang dirasakan ketika merancang teks Proklamasi hingga pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Hingga saat ini, walaupun hari kemerdekaan Indonesia sudah terlewati, jasa para pahlawan dan pengalaman mereka memperjuangkan hari kemerdekaan yang jatuh tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 tetap terasa hingga sekarang yang diabadikan pada buku Senyum Tawa di Hari Kemerdekaan.
Pidato Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno
Sebelum membaca naskah proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno menyampaikan pidato sambutan yang menegaskan Indonesia sudah merdeka dari penjajahan.
Berikut isi pidato kemerdekaan Soekarno atau pidato proklamasi Ri, dikutip dari Hukum Tata Negara Indonesia oleh Dr S Andi Sutrisno, SH, MH, dkk:
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan beratus-ratus tahun!
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita untuk ada naiknya dan turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju cita-cita. Juga di zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kita kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami.
Pertemuan di Dalat
Setelah Jepang semakin terpojok karena dua kota terbesarnya sudah di bom oleh Amerika Serikat dan pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu.
Dua hari sebelum Jepang menyerah kepada sekutu atau tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1945, tiga tokoh nasional, yang terdiri dari Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi undangan dari Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi merupakan Panglima tentara besar tentara Jepang di Asia Tenggara.
Pada pertemuan yang terjadi di Dalat antara tiga tokoh nasional dan Jenderal Terauchi ada beberapa hal yang disampaikan oleh Jenderal Terauchi, adapun beberapa hal yang disampaikan sebagai berikut.
Pertemuan yang terjadi di Dalat seharusnya menjadi sebuah momentum atau kesempatan Indonesia untuk merdeka. Namun, pada pertemuan yang terjadi di Dalat itu terjadi perbedaan pendapat antara tokoh golongan tua dan golongan muda. Hingga pada akhirnya perdebatan yang terjadi mendapatkan titik temu.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Langsung dan serangkai dengan pidato proklamasi, Soekarno menyampaikan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai berikut:
PROKLAMASIKami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l. diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja."
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05
Atas nama bangsa Indonesia
Setelah membaca teks proklamasi, Soekarno memberi penutup sebagai berikut:
Demikianlah saudara-saudara, kita sekarang telah merdeka. Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara merdeka, negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.
Naskah Proklamasi Rampung
Pada 17 Agustus 1945 sekitar pukul 05.00 WIB, perwakilan golongan muda dan tua rampung menyusun naskah proklamasi yang ditandatangani Soekarno-Hatta sesuai usulan Soekarni. Mereka bersepakat memproklamasikan kemerdekaan pada pukul 10.30 WIB dan kembali ke kediaman.
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan
Pembacaan teks proklamasi
Perjalanan panjang bangsa ini menuju kemerdekaan mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945. Sebuah momen di mana bangsa Indonesia, di bawah kepemimpinan Soekarno dan Mohammad Hatta, memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Jepang.
Naskah proklamasi yang dirumuskan di rumah Laksamana Maeda, setelah peristiwa Rengasdengklok, menjadi bukti tekad bangsa Indonesia untuk berdiri sebagai negara merdeka.
Para pemuda yang dipimpin Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh mendesak kedua tokoh tersebut untuk segera mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah saat itu, yaitu pemerintah Jepang.
Setelah peristiwa penculikan Rengasdengklok, Soekarno-Hatta kemudian dijemput dan diantar kembali ke Jakarta. Pada saat itu, mereka menetap di kediaman Laksamana Maeda, yang menjamin keselamatan Soekarno, Hatta, dan lainnya.
Soekarno, Hatta, dan Maeda sempat bertemu dengan Mayor Jenderal Nishimura untuk berdiskusi terkait Proklamasi Kemerdekaan RI. Namun Nishimura melarang Soekarno-Hatta dan meminta mereka untuk tidak mengadakan rapat PPKI perihal kemerdekaan.
Sayuti Melik kemudian mengetik naskah tersebut yang ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta. Proses penyusunan naskah Proklamasi disaksikan oleh B.M. Diah, Miyoshi, Sudiro, dan Sukarni. Penulisan teks proklamasi melibatkan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo.
Pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat, Soekarno membacakan teks proklamasi. Dengan pengibaran Bendera Merah Putih dan lantunan lagu "Indonesia Raya," Indonesia secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
Hari ini, kita merayakan dan menghormati pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan, dan mengenang sejarah panjang yang membawa kita ke titik ini.
Di era inilah peradaban Proto-Melayu dan Deutro-Melayu mulai tumbuh dan berkembang, membentuk peradaban yang lebih maju.
Suara.com - Episode terpenting dalam sejarah perjalanan Indonesia terjadi ketika Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada Jumat 17 Agustus 1945 silam.
Momen proklamasi kemerdekaan yang menjadi tonggak penting bagi nasib bangsa Indonesia di kemudian hari itu, faktanya bukan peristiwa yang berdiri sendiri.
Tercatat ada sejumlah peristiwa penting yang mewarnai detik-detik perjalanan hingga akhirnya proklamasi kemerdekaan berhasil dikumandangkan oleh Soekarno bersama Hatta di rumah Pegangsaan Timur 56.
Kronologi peristiwa pembacaan proklamasi kemerdekaan itu dimulai ketika pada 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso mengumumkan wilayah Hindia Timur atau Indonesia kala itu, diperkenankan untuk merdeka di kemudian hari.
Baca Juga: Indra Sjafri Singgung Isu Benturan dengan Nova Arianto soal Calon Pengganti Shin Tae-yong: Ini Jebakan Batman
Keputusan Koiso itu mengingat kondisi angkatan perang Jepang yang makin terdesak oleh Amerika terutama setelah jatuhnya Kepulauan Saipan di tangan pasukan tentara Paman Sam.
Pada 1 Maret 1945, Letjen Kuma Kici Harada kemudian mengumumkan pembentukan Douritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Panitia Kemerdekaan sebagai langkah konkret dari janji Perdana Menteri Koiso. Terpilihlah kemudian dr Radjiman Wediodiningrat sebagai Kaico.
Pada 7 Agustus 1945 dimana atas persetujuan Komando Tertinggi Jepang Jenderal Terauchi di Saigon dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI. Soekarno dan Hatta didapuk sebagai ketua dan wakil ketua.
PPKI kemudian mulai bekerja pada 9 Agustus 1945 dimana tugasnya menyelesaikan hal yang berkait dengan kemerdekaan terutama mengenai UUD yang rancangannya telah ada dan diserahkan ke PPKI untuk diterima dan disahkan.
Baca Juga: Ngeri! Klub Berlabel Internasional Kasih Selamat ke Timnas Indonesia Juara Piala AFF U-19 2024
PPKI awalnya hanya beranggota 21 orang, tetapi atas usul Soekarno ditambah dan menjadi 27 orang termasuk ketua dan wakilnya.
Rencananya PPKI dilantik pada 18 Agustus 1945 dan kemerdekaan Indonesia akan disahkan pemerintah Jepang pada 24 Agustus 1945.
Tapi kondisi geopolitik kala itu di kawasan pasifik terutama setelah momen Hiroshima dan Nagasaki dibom atom Amerika membuat Jepang dalam kondisi krisis. Mereka kemudian menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945.
Dikutip dari Rini Yuniarti, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI terbitan 2003, menyerahnya Jepang atas sekutu itu kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok pemuda gerakan bawah tanah yang menolak menunggu "hadiah" kemerdekaan dari Jepang.
Mereka kemudian menghubungi sejumlah tokoh muda revolusioner diantaranya adalah Sukarni, Wikana serta Chairul Saleh. Para pemuda gerakan bawah tanah ini menginginkan agar kemerdekaan harus segera diproklamasikan mengingat kondisi Jepang yang kala itu telah melemah pengaruhnya.
Lebih jauh, ketika situasi di Indonesia khususnya di Jakarta yang makin menegang, kelompok pemuda menuntut Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan yang terlepas dari pengaruh Jepang.
Namun, tuntutan itu disikapi berbeda terutama oleh golongan tua yang tergabung dalam BPUPKI-PPKI yang dimotori Soekarno dan Hatta.
Dalam situasi yang genting itu, sejumlah kelompok pemuda yang dipimpin Chairul Saleh kemudian menggelar rapat di Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur pada 15 Agustus 1945 pukul 20.30.
Dikutip dari dari Mohammad Hatta, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 terbitan 1970, dalam rapat itu, mereka sepakat kemerdekaan adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak bisa digantungkan pada orang lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan proklamasi.
Hasil rapat itu kemudian diserahkan kepada Soekarno serta Hatta. Tapi lagi-lagi sosok dwi tunggal tersebut menolak tegas keinginan dari kelompok pemuda.
Kemudian pada pukul 00.30 atau menjelang 16 Agustus 1945, para kelompok pemuda kembali menggelar rapat sebagai respon atas tutuntan mereka yang ditolak Soekarno dan Hatta.
Dalam rapat itu tercatat dihadiri Jusuf Kunto, dr Muwardi dari Barisan Pelopor, Shodanco Singgih dari Daidan Peta JakartaSyu serta Sukarni.
Dikutip dari Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI terbitan 1992, mereka kemudian sepakat untuk menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
Soekarno dan Hatta kemudian "diculik" dan dibawa ke Rengasdengklok pukul 04.30 waktu Jawa zaman Jepang atau sekira 04.00.
Tak berapa lama, Soekarno dan Hatta dijemput untuk kembali ke kediaman masing-masing di Jakarta.
Setelah melalui berbagai perdebatan dan pertimbangan, diputuskan kemudian kemerdekaan Indonesia harus ditentukan sendiri tanpa bergantung Jepang.
Bertempat di kediaman Laksamana Maeda yang merupakan Kepala Kantor Perhubungan Angkatan laut Jepang dirumuskanlah naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Detik-detik Proklamasi
Menjelang subuh 17 Agustus 1945, Soekarno, Hatta serta Ahmad Subardjo menemui para tokoh pemuda dan tua yang sudah menunggu di serambi muka kediamana Laksamana Maeda.
Soekarno pun meminta mereka untuk menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran itu diperkuat oleh Hatta.
Tetapi Sukarni mengusulkan agar yang bertandatangan di naskah proklamasi cukup Soekarno dan hatta saja atas nama bangsa Indonesia. Usulan itu kemudian disetujui.
Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi sesuai yang sudah ditulis tangan oleh Soekarno disertai perubahan yang telah disepakati.
Pada 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 bertempat di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, dibacakanlah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya yakni 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang kali pertama. Di dalam sidang itu berhasil ditetapkan Undang-undang Dasar atau UUD hasil rancangan Panitia Kecil di dalam Panitia Hukum Dasar yang diketuai Soepomo sebagai UUD bagi negara Indonesia.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 13 0 R 14 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.4 842] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½\ks·Õþîÿ~$;æj�½g:�ÄqÜ8i2n·™NÒ”D],Yb$Ò©ûë_\Î�«XMÒ°âÀ98—ç\ òè«ûíÕùêt;ûóŸ�¾ÚnW§—ë³ÙÏGÇw›Ú¬�Þ®.®nWÛ«»Û¿üeöòÕ׳_Ÿ?k›¢UÕ¬ëu13]×EßÏtU”º™Ý¯Ÿ?ûéO³ÛçÏü@óÌì²_?vôZÍT9;>þLÍJó¯šueÑÃä¡-úÙñ‡çÏÊÙ¼üõù³Ÿçoÿž÷üÙ7fîߟ€Vå&'i½[tö¿¿˜éŲ™·‹e5WðR?-Jë¢Ìq±|jZMQçhÙvðÒ¸mªv>ûe¾Xöó <¸_¨j~µXªn~ŸmY<1w]›çnö´´ª².†?†TSõ0+EkVš%fǧ†¦ûç‰)7}QõÌ.ƒãö �yî»EóǺSš�ÿ‘?¥‰U°½^çZÆiÀŸÚù¼·NtÕ˜¿Íƒµð¹NÕI{£—,‡‘ 8r•*= Ы¡h»$ÐÃÀ Ù‚qÓ%W5uUÆ4¿]Ý©óHåâªÜ_VHc³ý,6Œl›4ä€oÖÖ7UÙèòiÉUŽlÊF?�T[tvX=í]ÍtèùRUo \çLüŸt¬»ÝØȵC“Zÿ¬I«¢ÉrÒ<1®°éØÇþlZà ÿhÄ«•ê�KÄ=µŸjkÅ9 }ZZ&jN…ÌÏ¥Õ©BeiCîe¡ï^v5ž–‰¦ÔÙ FèR?-U3\u¹-�C£©Q—ÑɧÓÀù¾efßüðõì(Sg½¼Ûnï>äJ- Ô6 ‚’ë3ÚÜP—GhMU誛ժ/šÊl±Ð£úM›%`˜ù?;LÇÃrù�É6Z3µµSÇLüýs T�*:¹þw;Ä› ¬lZeÁ~öÖd�kLÎàWÀ°?¯í—[‡S%K;NÐíìë§ÜKÝuÅ°_Xæ%®IÈŒ)šWã‹÷Æâê¾84Äk ÚZ�›jÖ=ÿðl5Oð±÷‡ÜÇ~v=ØuËÿêÇÔhLnL´ñº ÍñdªÆ:« ôkÌjz¡=i”Tà�jJúödÍr€AI²I§Û}; ¡˜ô·,ê²,I”m@p0ÿuôlZ×Àb•ªádóÅ0/&Y›ìI_<‰/7�Ð*™±uÐŒP¾I˜5es€2+ÁÂÎŽÞ¶þðõ›W³òèo«Û‹ÙüáãòÝ7¦G¯ ÊÕ‚‚±à¹3*ôñàçù[[‚Ý›5 >�™´ñ{À”õ‡õý¢6€±Ôóõu{�` ‰õV«Û°Ð›´LÌvH—ÜÛõÃÕÊœ™�)SÖs5Ôð¼ÉA|mªIe™Ú”…’Cý⃩0+ËÖYnî` *ÚÍ�áÑ` ªít/°‡Í–½Þ. »ùùb9dƒ”VÆ Œ ê’–~ëlÍîïÍ +Xf}áÀ¶ãt˜b죘˜µÊíÂÄ"H�9©½¤„ÍÔ3¥„Íè¡3¡§Ó¦œš´œŽM02ro‚ªßrë}c¬ÂšZcda»°_óèG#ü]x|¬6f5óí —‚ ¢}Ô`ëloÄe^Þ*³"VU¯l—ƒ³úb¡”ãí ¼ÌàíO�±O]‡vÔÆtlÄõû»„ öía¶ug‚l'ÙÖ‡ÙÖÝ “\[^ÍË·63°‰‚çøµýÃ|d9{0O>˜ÿÜNqY „Žç²:ÌeÕ93M³ù7àÌjþZ0Äú¯�”(™ÌÛû „ë`J“Œ¤QÖÅ>êÃûh õéù> ·.¿Èâ� uo¢Ï¼Ê<†ß¦í^¯P ?¡ÝØM¿‡·ÎäZáµU+€Ò²!pˆQ7™ €Îí¨¨Ø®�ÈJؼb möðB/†ù‹ ^jx±åõî@˜°ž©r’ì Á7Ú ž�ý¿ˆ¼´™´þ rÿ ï· rðƒ³.ûÉÖù äÌ—$›A�=†¾ƒè’år$Ä:Q)ÈÔô¬5åórçu† 2b¹° Ý㾑c?¬¼Lnr“êª6‰™þ9 ¨Æ¢ª˜eg¬QŒg ä;û'èeoO˜€[§–;æÿ ö]gþúÒDMÝÕzU¹4óÂÚÕé�–±qEþRU`ùFwMŸ�c19\%¥IØöÛ"ϧ…©Ã– ßMòš“Âå"¼v¿¼r™y»s3œmžÚ¿`qj3ÞPm‚ d¯|Gã 2ÚQÝÙ’&ë ;~·YÝ¢)7 S6Y4¤¹mÓ?Ìîa#‚\NWh{uZƒJáÙ‡}NÕîG¦²…|¶mmŸ‹ec RÊßÊtát áhÕÁaÇX876#‚à8õ�O=߀?¬ðC°˜‡§2›ª,zqÉÔûÝG‚Ž=ª¦ˆLbh }†±XÞ›M`\‹øÍ¥4Þ™Þ‡.Gìzˆ&_ÚΈ“HË…S#®ÆxׄHÖ¨Ò•¼¸¿1bðÅßf»|ù�E,òT"ßÖÍĵUgòÑz�U4íñ«E¥ Q7–·Xv Xã¯÷µy{½—œJøAeb˜’$öó¬½@®Î–o^-¦T6Iø&.^åIÛómÙ‘¸Zƒ$.\þfþº· IJ³±¡îMYas?Ûª³y½u Ü´hŒ_-´¦) DŽ5Œ²3×´®y´q’Ü”[6�V³m]Ó°³ëv6bÁ]�KºWÈœ\ÚLûdé†.ѱ ±p–~û©Ý—e‰D°u9¾yûÂ�®ÀÅ—ÞÎnPB|++¾€ÄÊxÕ5C !Ï'CÈÀÍ¢vŸ =XðÚŸY�*£¿ƒÀÓ.°°sBô«�Ôe×ùÔå…#üö‚LýÓ3r�2& Õã@³îe)Õà¹% "þZ“4v‡›%¡¿ ~P hâ4xDðÖ×Õðt#&ñut-²Söë°g)‘Ÿ´ UVLÂüGŸîÑ.üÍEŽšY&J˜�#÷½@–8@ô )üe@cí–8shD;FåÝ*»2ŒÞ úD Ì‘¦$½ïJ3CÖ7lù·PKIÄ☱_»í@àúÎ-ä \± 2µí”Är¤©K”¬wltåpš5ìÈ‘_IùNÛ]ÚJ-Þ?Cëð`3R—íâ‡ò¾uÇ‚‚pÞ›òËÜVOæÁ /5¼d[±ƒb…¨rEe]–p|.Æ*`ƒÈØ¿~Y@ñïÍ& ‚åÒBÕ:@’,NÚ}.sqrH4-œ:‰øeBÅ„h�Ä~6èÂ"j¥;èŠù5>‰0Íæ‡o¶"ôéfà-£÷6!¶ã�tY¼—|[v†ù)·XüصYÃÖ£ðšÞʵˆÝˆ ºf<$¬fS(L„ÚCê¬+0;§Îk„è3$„xpËГk³Ÿ¿t>¸ä¹YÛ*4�û‘ÆðË7©‘Þº�¥xØ-½ ȶe‰e…;ù×µ�}?r�}àÑÚÌz…É)Ë’B³MÈ0Û¼áhB³bÖa�Ta„Ž·S¼´R€n›1ù²‡ÈòIôZN.îìLP{_B«7åЇš. óVYW:!a!WLP•D:òµÀb4nƒ¾Î×� À§$tœÍ–ÙR�1žÜãR¤ ‰8` ûÙv„Ìß�Êm¿æ:†™]·qaìkQóto-ªK{Ž,ØÊÕ¢pDÓFcy-þ ù°áâôÊ…¨ùù0j«¶ó»qk Ñ‚)öm ݤqí…cØ*n'q8Q @ÚºÓ’.èj‚ꛆP•û�RÄ}\eŽº¡”5¬¢9Øûu“kqx“�»yÿ‡¶ˆ9•`o&Jå©™=Jk°1I“Ïð-åXÜ$ºÀn0òR7Ó:Á‹hÃ,Ò¯$k£Þé¸Ý-º¨wåTï�ƒCŠ¯uÑ%ôîãÐA&’ß-Ê€‡+iÄãº�|Ï#ó©-¦‰ÃêÁÜ2™¶,ÛÂ`ý®u‰[Ã&.?A“¶Š¦¬„5XêÜ0hVQ•%ÒTzeÔK!Jãœ6p ¤1Pß îï0,bt;÷g…eö�ò+¸LNö–ÍáÔE¦‘¢_ŽÉí¨çb»wÆ<žÁjQ¯-J™ü‘ïÈŒ�óF]ÞŒ0¸N»vKq ƒAQÖ5ooós¢ZÝï†7W<ÎD ajr ]«®%t2urM�1l.» F�êv€kCœ~Âô�ßâ©àuœŠ¶mVyW ¼rù6•ƒCiFd”•“�h®üJ„·X åÊdQU2E½eŽq-/úNÐ/P5Ú–¥ŸV ¿-‚tÙDY#ÚçRMÒ€1Œ|:éÇTe”)òDq>…3´öü9J¦\ÁÅI$AUŠ 5¾Gȯj)±ñìÕò¾ƒÃGFyêÀ5x\¦�šGƒè¡¥o0ó-¦¸5hÄö ]®˜Q¾Ì'i®æ�Ž;œÙ¨=§¡2Mj‚ñq(uó~>;D kùì3S€é 0Îl&Ðë`ôgR–ðq×2¹E óöKµn�æ§u�¥XkJ)†ÀáVFÇAŒw"ÁòL%‘ï×nÛ"Þœ±0°Œ›oÃQÕ6eu&0ÿ¾Ã ¹€5ÊŠ„ßÂjèXã*/|.iÇ�š2Š�`“M�¸•GKQcq#è‰óêCcûjEo2l:ur¡î*g"ö}ØU›AwÊå‘fÊÍ‘f„ß,}ß·Ô¥s]Ú//q拽‹¤®ûêÒÞhå‹ì¿l×úËvçWË×oFßkK^¶szÊâ]nñxEm¿Z€-/<¸Á(c‹@êaµpâá®�~±hGöpôº‰yWUUÄ”^9Sd)°¦kÄfþW÷S*Ö0ÁuÇ#Á©ÃÐü×ñº väRU¨qfœïEŽ´·�l¯ìeR«Öþ”…�Á~öyëÈ]ŬT;uõáÐÍWûŬª¬à'b¦Ü|=uÏö}m®L^ŠAÒÙÿÝ;•»¡*ï¼êAM…Ö“d«»¾ÐaÁc,<Ö!–�º”@»(eÁÈì>$´¦”5�ä))©Sc–€Äϳ|Ÿ óCÚÃäò#b·[…zç˜$E§1ŽòCžìÆ-Ç+PœÈ8ù4”a ¨!1)Å ¡ðÖÎýhCÙÊë£ÈÄ/ _zîxsõ&„&êÉ Í·-‹N–j¤ª¸?óë~L mY™ÎÚm©KœŽTåž’a = ‡ïìè*A£9D;§+]Ö ú�D&·Ý¶e:‚5åýײCJØÄÄ-ROa‘³õÿÚ_ŽâŒGÆúÛo �†�¾…¶ìÈÙðº$Ù¾’yuRµlµ}r ¼Òþ@윮Žlž2½ro�ÖûÄÅ©'77ÃîÇËŽ²S?�ˆ¡£…s÷jH c5L<ÅÂbÃ\7½ñÜýJû«B #ªÇx¶ˆ(ô�éŸÂŽÑý3‰F\f'èÃî,úp“A×%…ª^°§šE³=�#¨d_à0~7ÞXU ÉŽ–^#:¥ŽxìvO#ÜÝœÝ×hR}1H‰d;MZ‘ðR&~oÖ0c•FÒãÞ÷H1²õ„˜‡îÖÂì”%;Ò»¤&UGZw”çP9$Ï KO}O5ÜôÚJØ‹Qõ”Žhäéd¸™Öa=eqH”Œ&p(À- ¦ñ:å!y’Ÿ%ÈMX nÃâÐ�TÄ6lÛ†<›ˆÉ™�ð³l®K-ÄŒ~\„Q5\ÈdEö_ì6ð¤G3ë¿‹’Y`¾uFCøNUˆY™ƒ‹¾+b¦²_¨ìïOŠ±wÎo†`Âú1NM¿Ô¾-Ä€®êÆN§ðh5GÐWü¥Ù|±I³y„Ívýltp/Vœ˜éTü~Ô†¸Ó�^ÚO0…¦óé �T]ê‘Š!Ž P—¤ýž£¯ÝЖè ÄP
¾Ì'i®æ�Ž;œÙ¨=§¡2Mj‚ñq(uó~>;D kùì3S€é 0Îl&Ðë`ôgR–ðq×2¹E óöKµn�æ§u�¥XkJ)†ÀáVFÇAŒw"ÁòL%‘ï×nÛ"Þœ±0°Œ›oÃQÕ6eu&0ÿ¾Ã ¹€5ÊŠ„ßÂjèXã*/|.iÇ�š2Š�`“M�¸•GKQcq#è‰óêCcûjEo2l:ur¡î*g"ö}ØU›AwÊå‘fÊÍ‘f„ß,}ß·Ô¥s]Ú//q拽‹¤®ûêÒÞhå‹ì¿l×úËvçWË×oFßkK^¶szÊâ]nñxEm¿Z€-/<¸Á(c‹@êaµpâá®�~±hGöpôº‰yWUUÄ”^9Sd)°¦kÄfþW÷S*Ö0ÁuÇ#Á©ÃÐü×ñº väRU¨qfœïEŽ´·�l¯ìeR«Öþ”…�Á~öyëÈ]ŬT;uõáÐÍWûŬª¬à'b¦Ü|=uÏö}m®L^ŠAÒÙÿÝ;•»¡*ï¼êAM…Ö“d«»¾ÐaÁc,<Ö!–�º”@»(eÁÈì>$´¦”5�ä))©Sc–€Äϳ|Ÿ óCÚÃäò#b·[…zç˜$E§1ŽòCžìÆ-Ç+PœÈ8ù4”a ¨!1)Å ¡ðÖÎýhCÙÊë£ÈÄ/ _zîxsõ&„&êÉ Í·-‹N–j¤ª¸?óë~L mY™ÎÚm©KœŽTåž’a = ‡ïìè*A£9D;§+]Ö ú�D&·Ý¶e:‚5åýײCJØÄÄ-ROa‘³õÿÚ_ŽâŒGÆúÛo �†�¾…¶ìÈÙðº$Ù¾’yuRµlµ}r ¼Òþ@윮Žlž2½ro�ÖûÄÅ©'77ÃîÇËŽ²S?�ˆ¡£…s÷jH c5L<ÅÂbÃ\7½ñÜýJû«B #ªÇx¶ˆ(ô�éŸÂŽÑý3‰F\f'èÃî,úp“A×%…ª^°§šE³=�#¨d_à0~7ÞXU ÉŽ–^#:¥ŽxìvO#ÜÝœÝ×hR}1H‰d;MZ‘ðR&~oÖ0c•FÒãÞ÷H1²õ„˜‡îÖÂì”%;Ò»¤&UGZw”çP9$Ï KO}O5ÜôÚJØ‹Qõ”Žhäéd¸™Öa=eqH”Œ&p(À- ¦ñ:å!y’Ÿ%ÈMX nÃâÐ�TÄ6lÛ†<›ˆÉ™�ð³l®K-ÄŒ~\„Q5\ÈdEö_ì6ð¤G3ë¿‹’Y`¾uFCøNUˆY™ƒ‹¾+b¦²_¨ìïOŠ±wÎo†`Âú1NM¿Ô¾-Ä€®êÆN§ðh5GÐWü¥Ù|±I³y„Ívýltp/Vœ˜éTü~Ô†¸Ó�^ÚO0…¦óé �T]ê‘Š!Ž P—¤ýž£¯ÝЖè ÄP
Peristiwa Rengasdengklok
Pada awalnya peristiwa pemboman kota Hirosima dan Nagasaki disembunyikan agar tidak ada yang tahu, tetapi pada akhirnya peristiwa tersebut terdengar sampai ke telinga para pemuda lewat siaran radio BBC di Bandung sehingga membuat mereka segera bergerak dan meminta Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dikumandangkan.
Para pemuda tersebut di bawah pimpinan Chaerul Saleh melakukan rapat dan rapat tersebut menghasilkan beberapa keputusan, yaitu kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia, Pemutusan hubungan dengan Jepang, dan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta diharapkan untuk segera membacakan Proklamasi Kemerdekaan.
Setelah mendapatkan keputusan dari rapat yang diadakan, kemudian para pemuda tersebut mengirim utusan (Wikana dan Darwis) agar segera bertemu dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta untuk menyampaikan hasil rapat tersebut dan meminta Proklamasi Kemerdekaan segera dilaksanakan pada 16 Agustus 1945.
Dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan memiliki tugas menjaga status quo maka gagasan para pemuda tersebut ditolak oleh golongan tua sehingga terjadi perbedaan pendapat.
Wikana dan Darwis menyampaikan hasil laporan dari pembicaraan dengan Soekarno dan Mohammad Hatta kepada para pemuda yang sudah berkumpul di Asrama Menteng 31. Para pemuda yang berkumpul terdiri dari Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman, dan Dr. Muwardi.
Para pemuda tersebut merasa kecewa setelah mendengar hasil laporan tersebut sehingga membuat suasana rapat menjadi panas. Kemudian para pemuda tersebut membuat gagasan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta untuk dengan cara keluar kota yang jauh. Untuk hal ini, para pemuda tersebut menyerahkan tugas ini kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan dari PETA Jakarta.
Sukarni dan Yusuf Kunto mendampingi Syudanco Singgih dalam menjalankan tugasnya. Menurut Singgih, Rengasdengklok merupakan tempat yang tepat dan aman untuk Soekarno dan Hatta. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Saat di Rengasdengklok, para pemuda berusaha dengan keras supaya Soekarno dan Mohammad Hatta segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Awalnya, Soekarno dan Mohammad Hatta tidak ingin melakukan Proklamasi Kemerdekaan. Namun, setelah melakukan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subardjo.
Akhirnya, Soekarno dan Mohammad Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah selesai memproklamasikan kemerdekaan, sore harinya Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subardjo dan Sudiro.